Menyulap sampah sayuran jadi solusi krisis BBM

` Di tengah krisis energi dan mahalnya harga bahan bakar minyak (BBM) dewasa ini, tidak ada salahnya bila kita melirik bahan bakar alternatif.

Di Karanganyar, tepatnya di Jl Joko Songo 33 Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, terdapat satu produsen bahan bakar nabati (BBN).
Agro Makmur, produsen BBN itu, belum lama ini mengembangkan bioetanol atau bahan kimia cair substitusi minyak tanah yang diolah dari bahan dasar singkong. Kalori dari bioetanol itu juga cukup tinggi dan jika dibakar menghasilkan panas yang setara dengan nyala api dari kompor minyak tanah atau kompor gas.
Namun, belakangan harga singkong di pasaran terus merambat naik seiring tingginya minat pabrik dan produsen BBN lain untuk mengolah singkong dan juga tetes tebu menjadi bioetanol.
Mahalnya harga bahan baku bioetanol itu akhirnya membuat Soelaiman Budi Sunarto, pemilik Agro Makmur, mencoba melirik bahan baku lain. Ia mengambil sampah-sampah dari berbagai tempat untuk diolah menjadi bioetanol.
Dari sampah bisa dibuat menjadi bahan bakar cair atau bioetanol? Rasanya memang tidak mungkin. Tapi, itu benar-benar dilakukan Agro Makmur dan sudah berjalan selama dua bulan terakhir ini. Kualitas bahan bakarnya juga setara dengan bioetanol dari bahan dasar singkong atau tetes tebu.
Saat ditemui Espos, Selasa (4/11), Budi mengatakan sampah yang digunakannya itu hanyalah sampah sayuran, buah-buahan, daging, dan bukan sampah-sampah keras seperti besi, rongsokan, plastik dan sebagainya.
Menurut dia, proses pembuatan bioetanol dari sampah relatif mudah. Sampah segar yang didapatnya itu tinggal digiling ke dalam
hidrolizer atau mesin penghancur sampah. Dari hidrolizer itu nanti akan diperoleh sari dari gilingan sampah itu. Setelah sarinya diwadahi dalam drum plastik, kata Budi, baru diberi campuran ragi, pupuk NPK dan urea dengan takaran tertentu, untuk mempercepat proses fermentasi.
”Setelah proses fermentasi selama 5-7 hari, kalau sari sampah itu tidak beriak, sudah bisa disuling di mesin penyuling. Setelah selesai, sudah dihasilkan bioetanol dengan kadar alkohol tertentu dan sudah bisa menjadi substitusi minyak tanah atau bensin.”
Dikatakannya, untuk sampah sebanyak 500-600 kg, rendemen sampah yang menghasilkan bioetanol berkisar antara 10%-15% atau sebanyak 75 liter. Saat ini, bioetanol sampah itu telah dipasarkan ke seluruh penjuru Indonesia. - Oleh : Damar Sri Prakoso

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com